Aku mulai
ragu dengan apa yang kalian laju. Bukan aku so tahu, tapi ini bertolak belakang
dengan apa yang aku dapat di majelis ilmuku. Boleh saja kalian menjudge
pemahamanku frontal, tepatnya tak sepaham dengan pemikiran kalian. Jujur aku
tak mempersalahkan. Bahkan aku tak meragukan apa yang kalian dapatkan.
Sore
itu aku terus berpacu menuju majelis ilmu. Rasa ragu mulai menggerutu. Ahh …
aku bosan dengan pedebatan ini.
Pernah
terbersit pikiran konyalku. Ingin aku copot saja kepalaku ini, agar aku bisa
membersihkan sisa-sisa kebodohanku pada otak ini. Hello itu konyol sist, terus
? apa harus saya laundry saja ? ide bagus…lebih cepat lebih baik .OK ..
Ya
Allah, aku ragu. Dan benar-benar ragu seragu-ragunya ragu (entah apa namanya ).
Tak
terasa kajianku yang rutin aku ikuti sekali dalam seminggu, sebenarnya telah
menjadi jawaban termukhtahir yang pernah ada di dunia ini. Kajian ini telah
lengkap dan rinci menjawab keragu-raguanku, hanya saja aku masih takut pada kalian
yang berada di sekitarku. Takut kalian memandangku dengan sebelah mata (mata yg
satu nye merem dong).
Sudahlah
ini masalah waktu saja , nanti kamu terbiasa. Tapi kapan ? besok ? bulan depan
? atau malah tidak berubah sama sekali ? kamu bego. Berubah kok nunggu waktu. Terus
aku harus gimana ? langkahkan terus kakimu, jangan kau ulang lagi, jalanmu
sudah jauh. Hanya orang bodoh yang mau mengulangnya kembali.