Rabu, 10 April 2013

TENTANG KITA (Part 1)



Assalamu’alaikum Wr.Wb
            Sebelum ane bercerita tentang sebuah perjuang hidup sang empat dara, terlebih dulu ane ucapin terimakasih kepada mereka yang telah mendukung dalam pembuatan catatan ini, terimakasih kepada Bu Siti seorang pedagang yang selalu setia mensuplai tenaga ane, sehingga catatan ini bisa di publikasikan. Urutan kedua setelah Bu Siti adalah Bu Gendong yang setia dengan nasi rames dan bala-balanya (bahasa sunda). Selain ibu-ibu yang tangguh itu ane ucapin terimakasih juga kepada mereka yang rutin berseliweran dengan motornya di jalanan Cempaka Sari sana, berkat kalian kami selalu solid, kenapa ??? Karena dengan mereka melewati jalan ini  kebersamaan kami semakin lengket, seperti kue lapis. Mungkin masih banyak lagi orang-orang yang terlibat dengan ini, pokoke matur nuhun sanget untuk semuanya ……..
          
  Catatan ini berkisah  tentang empat  dara yang sedang merajut asa, menggapai cita-cita demi kesenangan keluarga, dan nantinya masuk syurga .amiiinnnn…..Sebelum ane berkoar, ane punya peraturan buat kalian yang sedang membaca tuisan ini, nih peraturannya. Kalian kudu and wajib tahan senyum kekanan dan ke kiri dua centimeter, kemudian tahan selama kalian membaca tulisan ini. Tapi jika kalian terharu membaca catatan ini monggo sediakan tissue dan menangislah !!
            Niih ane perkenalkan tokoh-tokohnya :
Yang pertama ada ane “Rina Meirina” si penulis, pengarang, sekaligus sutradara dari catatan ini, ane lahir di ujung Barat jauh sana, tepatnya di Majalengka, sebuah kabupaten kecil yang ada di Jawa Barat. Wajarlah ketika ane ikut sebuah forum kemudian ane ditanya daerah asal ane, mereka kelabakan dan langsung buka google map’s, dan ternyata di google map pun tak ada ,dan itu sungguh TERLALU. Sekalinya mereka tau daerah ane, ya itu “majalengka di goyang” hal itu yang membuat ane tarik napas dalam-dalam. Karakter yang ane punya  setia kawan, jujur, baik hati, suka memberi, suka jajan, cerewat juga sih, percaya diri, tanggung jawab, masih banyak lagi deh pokoknya, ohh iya lupa ane pinter juga loh jangan salah gini-gini juara olimpiade fisika dan matematika, juara pidato juga ding. Diantara mereka (baca: berempat) ane menduduki posisi ketiga tercerewet setelah Anita Suliswati dan Retno Esti Purwanisih. Hebat bukann ??!!haha..(prestasi yang konyol), Banyaknya sih ane diem, di bilang pendiam nggak juga, di bilang cerewet nggak juga, buktinya tuh di atas ane di posisi ke tiga dari empat finalis terbawel. Apalagi ya yang belum ane jabarkan tentang riwayat ane ? ohh iya status ane seorang mahasiswa di sebuah perguruan tinggi negeri. Hobi menulis, mengambar, dan jalan-jalan.Mungkin itu aja deskripsi tentang sang penulis, jika kalian (pembaca) masih penasaran silahkan tinggalkan komen !!
Nah yang kedua ane akan mendeskripsikan tentang Retno Esti Purwanisih, ingat Purwanisih, NO Purwaningsih, karena dia itu paling sensitip kalau namanya disebut itu salah. Dia berasal dari negerinya para gajah yaitu Lampung sebuah provinsi yang ada di Pulau Sumatra, karakternya itu keibuan, rajin, cerewet tentunya, baik, setia kawan banget dah, percaya diri, tanggung jawab, apa laginya ‘0’.Ohh iya Retno itu orangnya tinggi kurus     lansing (kutilang) sama sih perawakannya kayak Anita Suliswati. Dia juga punya kelebihan loh, eitts..bukan kelibahan dalam arti bisa menerwang sesuatu ya, dia itu bisa ngerajut, yaahh di banding kita bertiga sih keliatannya wooww banget karena memang kami tidak bisa ngerajut, tapi berkat Retno juga Wiwit dan Anita ketularan loh, mereka jadi gemar ngerajut, sayang aku tak seberuntung mereka, tuhan berkehendak lain, mungkin bukan bidangku untuk soal rajut-merajut, sepertinya Tuhan lebih senang ane berceloteh dan menguras otak lebih dalam lagi, bukan bidangku di kerajinan rajut itu.Tapi kalau urusan merajut asa sih ane pasti semangat banget.hehe
Wiwit Setyaningsih adalah tokoh ketiga yang akan ane jabarkan, asalnya dari kota batik (Pekalongan), paling pendiem diantara kami bertiga, ketika kami bertiga riyuh pikuk seperti bebek tatkala membahas sesuatu, temanku yang satu ini  cukup sebagai pendengar setia, tapi kadang dia juga sebagai tokoh penengah ketika kami beradu argument. Karakternya itu pendiem, baik, rajin, percaya diri, suka ngajarin kami bertiga AutoCAD juga, maklumlah diakan satu-satunya lulusan SMK diantara kami bertiga makanya dia itu paling mahir. Ane tak tau banyak tentang tokoh yang satu ini, maklumlah diakan pendiem, wajar sang sutradara tak terlalu mengeksposnya. Ngelesss aja nih penulis..
Tokoh pamungkas yang akan ane  ceritakan adalah Anita Suliswati, ia lahir di kota Pati, dan ia paling bangga dengan kotanya itu, karena di jadikan pabrik pusat makanan ringan yaitu (titttt sensor nanti iklan loh). Temenku yang satu ini paling aktif dalam berorganisasi mulai dari akademik sampai yang non akademik, salah satu organisasi yang sering ia promosikan itu yaitu silat, tak heran diantara kami bertiga dia yang paling kuat walaupun perawakannya yang kurus tinggi langsing itu, kami punya julukan buat temen yang satu ini “si kaki kuda” karena kakinya itu loh keras banget, keseringan olahraga dia mah. Karakter yang ia miliki setia, baik hati, jujur, tanggung jawab, ngirit (ngiritnya kebablasan), selalu semangat, rajin, dll pokoknya mah.
Huakkhh….sepertinya terlalu panjang, lebar, tinggi lagi pengenalan tokoh yang ane jabarkan, maklumlah sang sutradara terlalu bersemangat.
***
Hari senin adalah hari pertama kami kuliah dari deretan hari-hari dalam seminggu di kalender, selalu setiap ane berangkat ngampus selalu nyamper ke kostannya si Retno, pertimbangannya  banyak banget mulai dari jalannya yang teduh, akses menuju kampus juga cepet, dan yang paling nomer wahid biar ada temen ngampus. Kami pun berngakat menyusuri jalanan yang padat merayap dengan kendaraan motor yang saling kebut mengebut satu dengan yang lainnya. Bising, pengap, risih itu yang setiap hari kami hadapi selain kami harus berjalan bak militer satu persatu, sungguh ini tidak konservasi bukan ? dalam hal ini sang pengendara pun di tuntut untuk peka terhadap kami sang pejalan kaki, seharusnya mereka memprioritaskan kami.
Sesampainya di kampus ane dan Rento selalu menanti kedatangan mereka berdua (baca: Wiwit dan Anita). Setibanya mereka hiruk pikik tanda-tanda kehidupan pun mulai ramai lancar, ketika Anita memakai kerudung dan baju warnanya sama dengan si Retno, Retno pasti akan berkicau dengan hal itu, tak tanggung-tangung kicauannya itu akan sampai pulang ngampus, hal ini pernah ane teliti juga dan ternyata mengejutkan pemirsah, perdebatan kerudung dan baju yang menjadi trand topic di hari itu dan menduduki chat nomer satu.
Soto adalah makanan favorit temen ane yang satu ini siapa lagi kalau bukan Anita Suliswati dan yang menjadi targenya yaitu Bu Siti. Tak heran kalau ane pernah membuat sloga buat dia “makan soto dib u Siti ketemu sama si Sita ngajak bakar Sate, eh tiba-tiba si Sati dan si Sute nyamper ngajakin ke Setu” slogan itu yang ane selalu ejekin sama si Anita itu, kalau ceuk bahasa Sundana mah heureuy eta teh.
Setibanya di warung Bu Siti, dengan cekatan dia menyambut kami.
“Mau maem opo, mba ?” Tanyanya .
“Itu bu nasi sama ati, sama gulai juga”.kata Retno
Perlu diketahui Retno selalu menjadi nomer satu orang yang dilayani Bu Siti.
“Udah, mba ? ikasih sambel opo ora ?”tanyanya lagi.
“Nggak Bu, aku nggak suka sambel”.tambahnya.
Ini giliran ane nih yang akan dilayani, deg-degan rasanya seperti UN saja.
“mba nya maem sama apa ?”.bu Siti bertanya.
“Baso, kering tempe, sama kentang goreng ya bu, eh di kasih sambel juga .”jawabku.
Giliran yang ketiga siapa lagi kalau bukan Anita si soto maniak.
“mbanya maem opo ?”Tanya bu Siti ketiga kalinya.
“Sotonya bu ,pake nasi pake sambal juga.”jawabnya dengan muka lapar.
Dan ini layanan terakhir.
“manya maem apa ?”Tanya bu Siti.
“aku nasi sama daging yang gede ya bu .”jawab Wiwit dengan smailingnya.
“Minumnya opo mba ?” pertanyaan terakhir dari bu Siti.
“es teh bu semua.”jawab Retno.
Setelah selesai makan saatnya mengeluarkan kocek.
“Nit aku pinjem duit kamu ya?”dengan muka melas ane.
“iya, tapi besok bayar ya ?!”.balasnya denagn raut wajah yang tak ikhlas.
“iya janji kalau aku punya duit tak kembaiin deh ,Nit.”balasku.
                            
            Perut telah terisi, kami pun melanjutkan perjalanan. Karena kondisi lebar jalan yang hanya tiga meter bahkan dua setengah deh kayaknya (ane beum ngukur sih). Kami pun kembali berjejer satu banjar ke belekang, bahkan Retno mengeluarkan statementnya:
“kita itu seperti bebek saja ya, tiap pergi dan pulang selalu rapih kek gini”.Dengan nada khas Lampugnya.
            Sampailah kami pun di “tikungan maut”, ya pertigaan tempat kami bepisah. Ane ke arah selatan Retno masuk ke area kostnya yang tepat di tikungan maut itu, sedangkan Wiwit dan Anita ke arah barat.
            Itulah rutinitas kami yang mungkin akan selalu teringat dalam otak, rutinitas yang akan selalu kami kaitankan dan padu padankan dengan akhlak, sampai nanti kita akan selamat.aminnn……………..
***
            Pemirsah ini baru part 1 lho, masih ada part-part selanjutnya. So don’t worry be happy. Ane pamit dulu yaa, terimakasih telah membacanya., semoga menginspirasi.
            Wassalamualaikum Wr.Wb

  
                                                                                                   Semarang, 10 April 2013
                                                                                                                        Rina meirina

2 komentar:

  1. Bagus sis critanya...
    keep posting yaa...
    and di tunggu UPDATE BERIKUTNYA...

    BalasHapus
  2. terimakasih mas ,
    nanti ane posting lagi part 2 nya :)

    BalasHapus

PENAYANGAN LAMAN

MONGGO GABUNG

Mau Cari Apa ?

Artikel Terbaru