Di sisi lain aku mengerti tentang ini, namun tak mudah aku bisa
terpaut kuat memahami, sering kali aku terpengaruh hegomoni duniawi. Yang ada
semuanya jadi semu kembali.
Sering terbersit
sebuah keinginan dalam diri untuk menancapkan keteguhan iman yang hakiki,
anehnya tujuan itu sering terkikis oleh sebuah kemaluan hati yang sebenarnya
harus bisa aku singkiri.
Hari ini kembali
lagi, kembali berkecamuknya hati yang meronta untuk dimanjakan sang pemiliknya.
Aku tau keinginan yang berasal dari hati ini fitrah adanya, dan ini tentunya
mencerminkan keadaan sang empunya hati.
Kulirik sebuah kopi
di pojakan meja sana, baunya tak lagi mengaroma, warnanya pun telah lekam,
berbeda dengan air putih yang ku taruh kemarin, aromanya memang tak ada tapi
tak beubah warna, putih ya putih dan tak akan berubah menjadi hitam atau pun
merah.
Ahh……….apasih,
tulisanku mulai ngalntur ngalor ngidul, ini cerminan diri yang sedang terpukul.
Waktu menunjukan pukul
02.00 kantuk pun tak kunjung jua. Kulirik mereka yang ada di balik tembok sana,
ahh…sudah tak ada tanda-tanda kehidupan, mereka telah terbang ke nirwana sana.
Tercengang tatkala
mendengar bunyi kentongan, apa itu ? aku kira waktu mulai pagi, ahh… sial ternyata
waktu masih menunjukan pukul 02.30, dan ternyata suara itu berasal dari penjual
ronde yang setia lewat depan kostan menemani malam-malam ketika aku lembur.
Terkadang pikiranku
terasuki arwah-arwah sesat, mereka menggodaku untuk menjauhi segala perintah-Mu
Tuhan, tak jarang akupun larut dalam kenistaan itu, padahal aku paham betul apa
yang sedang aku lakukan kala itu.
Rutinitasku dewasa
kini sudah tersita catatan-catatan yang menggariskan masa depanku mau aku taruh
dimana, entah di atas mejakah, kolong meja, atau bahkan aku simpan rapat-rapat
dalam hati.aishhh….aku tak paham betul, yang jelas ini sudah tulisan sang
illahi.
Rasa ingin untuk
mengulang hidup mundur 15 tahun yang lalu, bermain sesuka hati, tanpa ada yang
terpikiri. Berbeda dengan kini, yang sudah terikat tali. Aku pun tak bisa
berkutik, aku tercekik, dan terhimpit.
Sayang waktuku tak
akan kembali, tak seperti doraemon yang punya alat pemutar waktu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar