Di sisi lain aku mengerti tentang ini, namun tak mudah aku bisa
terpaut kuat memahami, sering kali aku terpengaruh hegomoni duniawi. Yang ada
semuanya jadi semu kembali.
Sering terbersit
sebuah keinginan dalam diri untuk menancapkan keteguhan iman yang hakiki,
anehnya tujuan itu sering terkikis oleh sebuah kemaluan hati yang sebenarnya
harus bisa aku singkiri.
Hari ini kembali
lagi, kembali berkecamuknya hati yang meronta untuk dimanjakan sang pemiliknya.
Aku tau keinginan yang berasal dari hati ini fitrah adanya, dan ini tentunya
mencerminkan keadaan sang empunya hati.
Kulirik sebuah kopi
di pojakan meja sana, baunya tak lagi mengaroma, warnanya pun telah lekam,
berbeda dengan air putih yang ku taruh kemarin, aromanya memang tak ada tapi
tak beubah warna, putih ya putih dan tak akan berubah menjadi hitam atau pun
merah.